Rabu, 22 Juni 2016

SIKAP DAN PERILAKU


BAB IV
SIKAP DAN PERILAKU


A. Latar belakang
            Gabungan karakteristik fisik seseorang (seperti mata, sosok tubuh, hidung) serta karakteristik mental (seperti ketekunan, toleransi, kebijaksanaan) merupakan kombinasi yang memunculkan kepribadian dari diri seseorang. Kepribadian seseorang ada dalam benak benak orang lain. Bagaimana orang menafsirkan kepribadian seseorang merupakan kunci untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kepribadian diri sendiri. Kepribadian terletak pada apa yang tampak pada penampilan seseorang, dan bukan pada bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri.
            Yang dimaksud dengan penampilan bukan hanya meliputi model baju, warna baju, gaya rambut, polesan make up, warna dan model sepatu, tas yang digunakan, tetapi juga meliputi gerakan tubuh, intonasi suara, ekspresi wajah, senyum, dan lainnya. Dengan kata lain meliputi sikap dan perilaku individu dalam kehidupan sosialnya.

B. Rumusan masalah
1.      Apakah sikap itu?
2.      Apa yang membedakan sikap dan perilaku?
3.      Adakah korelasi diantara keduanya?








1. Apakah Sikap itu?
            Secara sederhana dapatlah diuraikan bahwa sikap adalah cara seseorang melihat ‘sesuatu’ secara mental (dari dalam diri) yang mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang lain, ide, objek, maupun kelompok tertentu. Sikap juga merupakan cerminan jiwa seseorang. Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada orang lain (melalui perilaku).
            Jika perasaan seseorang terhadap ‘sesuatu’ adalah positif maka akan terpancar pula perilaku positif dari individu bersangkutan menyikapi ‘sesuatu’ yang dihadapinya itu, dan sebaliknya. Begitu menyedihkan, jika perasaan sedang tidak nyaman (negatif) maka yang tercermin adalah wajah yang keruh, semangat kerja menurun, hari yang indah dapat berubah menjadi hari yng membosankan. Jika ‘sesuatu’ berjalan secara mulus, wajah tanpa disadari akan berseri-seri, dunia menjadi serasa indah, semangatpun akan menggebu-gebu.
            Semua sependapat bahwa ciri khas dari sikap adalah:
a.       Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, benda, dll)
b.      Mengandung penilaian (setuju-tidak setuju, suka-tidak suka)
Perbedaan terletak pada proses terjadinya dan penerapan dari konsep tentang sikap itu sendiri. Mengenai proses terjadinya, sebagian pakar berpendapat bahwa sikap adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karenanya, sikap lebih dapay dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Sikap berbeda dengan sifat. Sifat, lebih merupakan bawaan dan sulit diubah. Sebagian pakar lainnya menyatakan bahwa sikap adalah bawaan, terbukti dari kenyataannya bahwa sikap dapat timbul tanpa adanya pengalaman sebelumnya, misalnya orang yang sejak bayi tidak suka makan sayur.
Dalam penerapannya, ada pakar yang menyatakan bahwa konsep sikap adalah untuk objek yang umum, seperti sikap politik dan sikap sosial. Sebagian lainnya cendrung membatasi objek sikap pada hal-hal yang khusus, seperti sikap pada orang lain dinamakan suka-tidak suka, sikap terhadap diri sendiri dinamakan harga diri, sikap terhadap kelompok lain disebut prasangka.
Sikap mengandung tiga bagian, yaitu kognitif (keyakinan, kesadaran), afektif (perasaan), konotatif (perilaku) dengan uraian sebagai berikut:
a.       Komponen kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu – fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek.
b.      Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama penilaian.
c.       Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek.
Ketiga komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan mengetahui kognisi dan perasaan seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu, maka akan dapat diketahui pula kecenderungan perilakunya. Namun, dalam kenyataannya tidak selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap.

2. Kesesuaian Sikap dan Perilaku
            Komponen yang ketiga dari sikap menyangkut kecenderungan berperilaku. Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menetukan perilakunya. Tetapi, lambat laun disadari banyak kejadian dimana perilaku tidak didasari oelh sikap.
            Disisi lain,perilaku – nyata (overt bahaviour) dapat juga mengontrol komponen afektif dan komponen kognitif sikap. Orang dapat berperilaku dalam cara tertentu dan ketiga komponen sikap mereka dapat berlangsung sejalan.
            Titik putus sebab-akibat yang bertentangan antara sikap dan perilaku tergantung pada intensitas sikap. Sebagian pakar berpendapat sikap terbentuk melalui proses belajar (sosial learning), yaitu pembentukan sikap pada individu adalah dari orang lain.
            Selain proses belajar, pembentukan sikap dapat pula terjadi melalui  pengalaman langsung (direct experience). Dengan kata lain individu akan memiliki sikap yang lebih kuat terhadap suatu objek-sikap bila individu memiliki pengalaman langsung dengan objek, dari apda individu hanya mendengar tetntang objek dari orang lain, atau hanya membacanya. Sumber kekuatan sikap yang lain akan muncul dari adanya kepentingan tetap atau kepentingan diri dalam suau masalah.
            Pembentukan sikap yang paling efektif adalah melalui pengalaman sendiri, timbul pertanyaan untuk mengetahui seberapa jauh perilaku dapat mempengaruhi sikap. Perilaku adalah pengalaman yang paling langsung pada diri seseorang.
            Pengaruh perilaku pada sikap juga terjaadi karena apa yang dikatakan atau diperbuat oleh seseorang cenderung dipercayai oleh orang itu sendiri.

3. Sikap Positif dan Sikap Negatif
            Sikap dapat dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan sikap negatif, yaitu:
a.       Sikap positif
Merupakan perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memerhatikan  hal-hal yang positif. Sikap positif juga mencerminkan seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik, dan karenanya ia patut dikenal dan diketahui. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus mental seseorang ke arah yang negatif, mereka yang positif mengetahui bahw guna memulihkan dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap positif hanya dapat dipertahankan dengan kesadaran.
Usaha yang dapat dilakukan  untuk menuju sikap positif adalah:
1)      Tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang kuat. Selalu mengingatkan diri bahwa sesuatu yang positif akan diperoleh dari kebiasaan baru.
2)      Jangan biarkan perkecualian sebelum kebiasaan baru mengakar di kehidupan pribadi.
3)      Berlatih dan berlatih terus dalam setiap kesempatan, tanpa rasa jenuh dan bosan.
b.      Sikap negatif
Sikap negatif harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang muram, sedih, suara parau, penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukan ketidakramahan, ketidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
Untuk menghilangkan sikap negatif adalah:
1)      Belajar mengenali sifat negatif diri, bersikap jujur terhadap diri atau tanyalah pada seseorang yang dipercaya dan dihormati mengenai sifat negatif diri.
2)      Akui bahwa sikap negatif itu memang dilakukan.
Sikap terbentuk melalui proses pembiasaan (conditioning). Lebih sering kebiasaan dilakukan, semakin melekat dan bertambah sulit untuk dihilangkan. Untuk itu latihan untuk menghilangkan kebiasaan buruk pada diri harus dilakukan secara berkesinambungan, dilandasi kesadaran penuh untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
            Meskipun seseorang tidak dapat lagi mengubah apa yang telah terjadi pada masa lalunya, tetapi ia dapt memberikan sumbangan positif  bagi perkembangan dan pertumbuhan dirinya sendiri pada masa yang akan datang dengan meminimalkan ‘kebiasaan buruk’ dan memaksimalkan ‘pendekatan belajar’. Seperti kata-kata berikut ini:
“Belajar dari kesalahan diri, dan bertumbuh dari keberhasilan-keberhasilan diri”.
            Usaha untuk mengembangkan kebiasaan baru dapat dilakukan dengan:
a.       Tumbuhkan pada diri sendiri atau motif yang kuat untuk merubah kebiasaan yang buruk.
b.      Setiap kali akan betindak, pikirkan untung-ruginya.
c.       Antusias – positif thinking.
d.      Belajar meyakini diri sendiri
e.       Kurangi rasa khawatir diri, meragukan diri, iri hati, tidak bisa membuat diri senang dalam situasi dan kondisi yang dihadapi.
f.       Tingkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan diri.
g.      Berlatih, berlatih dan berlatih pada setiap kesempatan.
Masa lampau telah membayar harganya sendiri, yaitu masa lampau memberikan bimbingan untuk masa sekarang dan yang akan datang. Bila hal ini terjadi, individu akan mendapatkan ‘pembelajaran’ berharga untuk mendapatkan keyakinan diri, harga diri dan sikap membangun terhadap dirinya sendiri.

4 Pengukuran Sikap
            Sikap tidak dapat dilihat secara langsung. Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap tertentu, haruslah melihat melalui ketiga komponen sikap, yaitu:
1.      Pengetahuan (kognisi)
2.      Perasaan (afeksi)
3.      Perilaku (konasi)
Pada prinsipnya pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan daftar pernyataan tentang objek sikap. Subjek diminta untuk memberikan jawabannya dengan menyatakan setuju, sependapat, atau suka (sikap positif) terhadap pernyataan yang diberikan, atau tidak (sikap negatif). Bentuk jawaban dapat berupa ‘ya’ atau ‘tidak’ (skala nominal).

Teknik mengukur sikap ada beberapa jenis, yaiu:
a.       Teknik Perbandingan fisik (Judgement Technique)
Teknik yang palin awal adalah yang masih menggunakan perbandingan fisik untuk menentukan sikap terhadap objekmsikap tertentu. Menurut Thurstone, penilaian (judgement) orang sebagai hasil memperbandingkan ini dapat diukur dalam bentuk skala.

0 komentar:

Posting Komentar