BAB IV
SIKAP DAN PERILAKU
A. Latar belakang
Gabungan
karakteristik fisik seseorang (seperti mata, sosok tubuh, hidung) serta
karakteristik mental (seperti ketekunan, toleransi, kebijaksanaan) merupakan
kombinasi yang memunculkan kepribadian dari diri seseorang. Kepribadian
seseorang ada dalam benak benak orang lain. Bagaimana orang menafsirkan
kepribadian seseorang merupakan kunci untuk mengetahui bagaimana sebenarnya
kepribadian diri sendiri. Kepribadian terletak pada apa yang tampak pada
penampilan seseorang, dan bukan pada bagaimana seseorang memandang dirinya
sendiri.
Yang
dimaksud dengan penampilan bukan hanya meliputi model baju, warna baju, gaya
rambut, polesan make up, warna dan
model sepatu, tas yang digunakan, tetapi juga meliputi gerakan tubuh, intonasi
suara, ekspresi wajah, senyum, dan lainnya. Dengan kata lain meliputi sikap dan
perilaku individu dalam kehidupan sosialnya.
B. Rumusan masalah
1.
Apakah sikap itu?
2.
Apa yang membedakan sikap dan perilaku?
3.
Adakah korelasi diantara keduanya?
1. Apakah Sikap itu?
Secara sederhana
dapatlah diuraikan bahwa sikap adalah cara seseorang melihat ‘sesuatu’ secara
mental (dari dalam diri) yang mengarah pada perilaku yang ditujukan pada orang
lain, ide, objek, maupun kelompok tertentu. Sikap juga merupakan cerminan jiwa
seseorang. Sikap adalah cara seseorang mengkomunikasikan perasaannya kepada
orang lain (melalui perilaku).
Jika
perasaan seseorang terhadap ‘sesuatu’ adalah positif maka akan terpancar pula
perilaku positif dari individu bersangkutan menyikapi ‘sesuatu’ yang
dihadapinya itu, dan sebaliknya. Begitu menyedihkan, jika perasaan sedang tidak
nyaman (negatif) maka yang tercermin adalah wajah yang keruh, semangat kerja
menurun, hari yang indah dapat berubah menjadi hari yng membosankan. Jika
‘sesuatu’ berjalan secara mulus, wajah tanpa disadari akan berseri-seri, dunia
menjadi serasa indah, semangatpun akan menggebu-gebu.
Semua
sependapat bahwa ciri khas dari sikap adalah:
a.
Mempunyai objek tertentu (orang, perilaku,
konsep, benda, dll)
b.
Mengandung penilaian (setuju-tidak setuju,
suka-tidak suka)
Perbedaan
terletak pada proses terjadinya dan penerapan dari konsep tentang sikap itu
sendiri. Mengenai proses terjadinya, sebagian pakar berpendapat bahwa sikap
adalah sesuatu yang dipelajari (bukan bawaan). Oleh karenanya, sikap lebih
dapay dibentuk, dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Sikap berbeda dengan
sifat. Sifat, lebih merupakan bawaan dan sulit diubah. Sebagian pakar lainnya
menyatakan bahwa sikap adalah bawaan, terbukti dari kenyataannya bahwa sikap
dapat timbul tanpa adanya pengalaman sebelumnya, misalnya orang yang sejak bayi
tidak suka makan sayur.
Dalam
penerapannya, ada pakar yang menyatakan bahwa konsep sikap adalah untuk objek
yang umum, seperti sikap politik dan sikap sosial. Sebagian lainnya cendrung
membatasi objek sikap pada hal-hal yang khusus, seperti sikap pada orang lain
dinamakan suka-tidak suka, sikap terhadap diri sendiri dinamakan harga diri,
sikap terhadap kelompok lain disebut prasangka.
Sikap
mengandung tiga bagian, yaitu kognitif (keyakinan, kesadaran), afektif
(perasaan), konotatif (perilaku) dengan uraian sebagai berikut:
a.
Komponen
kognitif adalah komponen yang berisikan apa yang diyakini dan apa yang
dipikirkan seseorang mengenai objek sikap tertentu – fakta, pengetahuan dan
keyakinan tentang objek.
b.
Komponen
afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek,
terutama penilaian.
c.
Komponen
perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan
untuk bertindak terhadap objek.
Ketiga
komponen sikap ini saling terkait erat. Dengan mengetahui kognisi dan perasaan
seseorang terhadap suatu objek sikap tertentu, maka akan dapat diketahui pula
kecenderungan perilakunya. Namun, dalam kenyataannya tidak selalu suatu sikap
tertentu berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap.
2. Kesesuaian Sikap dan Perilaku
Komponen yang
ketiga dari sikap menyangkut kecenderungan berperilaku. Pada mulanya secara
sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menetukan perilakunya. Tetapi,
lambat laun disadari banyak kejadian dimana perilaku tidak didasari oelh sikap.
Disisi
lain,perilaku – nyata (overt bahaviour)
dapat juga mengontrol komponen afektif dan komponen kognitif sikap. Orang dapat
berperilaku dalam cara tertentu dan ketiga komponen sikap mereka dapat
berlangsung sejalan.
Titik
putus sebab-akibat yang bertentangan antara sikap dan perilaku tergantung pada intensitas sikap. Sebagian pakar
berpendapat sikap terbentuk melalui proses
belajar (sosial learning), yaitu
pembentukan sikap pada individu adalah dari orang lain.
Selain
proses belajar, pembentukan sikap dapat pula terjadi melalui pengalaman langsung (direct experience). Dengan kata lain individu akan memiliki sikap
yang lebih kuat terhadap suatu objek-sikap bila individu memiliki pengalaman
langsung dengan objek, dari apda individu hanya mendengar tetntang objek dari
orang lain, atau hanya membacanya. Sumber kekuatan sikap yang lain akan muncul
dari adanya kepentingan tetap atau kepentingan diri dalam suau masalah.
Pembentukan
sikap yang paling efektif adalah melalui pengalaman sendiri, timbul pertanyaan
untuk mengetahui seberapa jauh perilaku dapat mempengaruhi sikap. Perilaku
adalah pengalaman yang paling langsung pada diri seseorang.
Pengaruh
perilaku pada sikap juga terjaadi karena apa yang dikatakan atau diperbuat oleh
seseorang cenderung dipercayai oleh orang itu sendiri.
3. Sikap Positif dan Sikap Negatif
Sikap dapat
dibedakan atas bentuknya dalam sikap positif dan sikap negatif, yaitu:
a.
Sikap positif
Merupakan
perwujudan nyata dari intensitas perasaan yang memerhatikan hal-hal yang positif. Sikap positif juga
mencerminkan seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik, dan karenanya
ia patut dikenal dan diketahui. Bila sesuatu terjadi sehingga membelokkan fokus
mental seseorang ke arah yang negatif, mereka yang positif mengetahui bahw guna
memulihkan dirinya, penyesuaian harus dilakukan, karena sikap positif hanya
dapat dipertahankan dengan kesadaran.
Usaha yang dapat
dilakukan untuk menuju sikap positif
adalah:
1)
Tumbuhkan pada diri sendiri suatu motif yang
kuat. Selalu mengingatkan diri bahwa sesuatu yang positif akan diperoleh dari
kebiasaan baru.
2)
Jangan biarkan perkecualian sebelum kebiasaan
baru mengakar di kehidupan pribadi.
3)
Berlatih dan berlatih terus dalam setiap
kesempatan, tanpa rasa jenuh dan bosan.
b.
Sikap negatif
Sikap negatif
harus dihindari, karena hal ini mengarahkan seseorang pada kesulitan diri dan
kegagalan. Sikap ini tercermin pada muka yang muram, sedih, suara parau,
penampilan diri yang tidak bersahabat. Sesuatu yang menunjukan ketidakramahan,
ketidak menyenangkan, dan tidak memiliki kepercayaan diri.
Untuk menghilangkan
sikap negatif adalah:
1)
Belajar mengenali sifat negatif diri, bersikap
jujur terhadap diri atau tanyalah pada seseorang yang dipercaya dan dihormati
mengenai sifat negatif diri.
2)
Akui bahwa sikap negatif itu memang dilakukan.
Sikap terbentuk
melalui proses pembiasaan (conditioning).
Lebih sering kebiasaan dilakukan, semakin melekat dan bertambah sulit untuk
dihilangkan. Untuk itu latihan untuk menghilangkan kebiasaan buruk pada diri
harus dilakukan secara berkesinambungan, dilandasi kesadaran penuh untuk
berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Meskipun
seseorang tidak dapat lagi mengubah apa yang telah terjadi pada masa lalunya,
tetapi ia dapt memberikan sumbangan positif
bagi perkembangan dan pertumbuhan dirinya sendiri pada masa yang akan
datang dengan meminimalkan ‘kebiasaan buruk’ dan memaksimalkan ‘pendekatan
belajar’. Seperti kata-kata berikut ini:
“Belajar dari kesalahan diri, dan
bertumbuh dari keberhasilan-keberhasilan diri”.
Usaha
untuk mengembangkan kebiasaan baru dapat dilakukan dengan:
a.
Tumbuhkan pada diri sendiri atau motif yang kuat
untuk merubah kebiasaan yang buruk.
b.
Setiap kali akan betindak, pikirkan
untung-ruginya.
c.
Antusias – positif thinking.
d.
Belajar meyakini diri sendiri
e.
Kurangi rasa khawatir diri, meragukan diri, iri
hati, tidak bisa membuat diri senang dalam situasi dan kondisi yang dihadapi.
f.
Tingkatkan kemampuan untuk mendapatkan apa yang
menjadi tujuan diri.
g.
Berlatih, berlatih dan berlatih pada setiap
kesempatan.
Masa lampau telah
membayar harganya sendiri, yaitu masa
lampau memberikan bimbingan untuk masa sekarang dan yang akan datang. Bila hal
ini terjadi, individu akan mendapatkan ‘pembelajaran’ berharga untuk
mendapatkan keyakinan diri, harga diri dan sikap membangun terhadap dirinya
sendiri.
4 Pengukuran Sikap
Sikap
tidak dapat dilihat secara langsung. Untuk mengetahui bagaimana sikap seseorang
terhadap objek sikap tertentu, haruslah melihat melalui ketiga komponen sikap,
yaitu:
1.
Pengetahuan (kognisi)
2.
Perasaan (afeksi)
3.
Perilaku (konasi)
Pada
prinsipnya pengukuran sikap dilakukan dengan menggunakan daftar pernyataan
tentang objek sikap. Subjek diminta untuk memberikan jawabannya dengan
menyatakan setuju, sependapat, atau suka (sikap positif) terhadap pernyataan
yang diberikan, atau tidak (sikap negatif). Bentuk jawaban dapat berupa ‘ya’
atau ‘tidak’ (skala nominal).
Teknik mengukur sikap ada
beberapa jenis, yaiu:
a.
Teknik Perbandingan fisik (Judgement Technique)
Teknik yang palin
awal adalah yang masih menggunakan perbandingan fisik untuk menentukan sikap
terhadap objekmsikap tertentu. Menurut Thurstone, penilaian (judgement) orang sebagai hasil
memperbandingkan ini dapat diukur dalam bentuk skala.
0 komentar:
Posting Komentar